"KAMU.....!" teriakku dengan tubuh gemetaran. Aku sangat takut dan bingung, aku tak tau harus melakukan apa. Ku tenangkan diriku dan menatapnya dengan serius "Kamu adalah pria yang ada diruangan tadi, apa yang kau inginkan dariku?". Ku genggam pedangku dengan sangat erat, keringat dingin mulai membasahi tubuhku, kaki gemetaran.
Lelaku itu menatapku dengan pandangan seperti orang jahat, lalu dia tiba tiba menurunkan pedang apinya itu. "Aku adalah ayah yang selama ini kau inginkan bukan? hahahahahahaha. Ucapannya membuatku tambah bingung, memang sekilas dia mempunyai kemiripan denganku tapi aku rasa itu hal yang benar benar mustahil. Kakek nenek bilang padaku bahwa orang tuaku mati di peperangan.
"Bohong, orang tuaku mati di peperangan. Kau mencoba untuk menipuku! rasa marah tiba tiba menguasai tubuhku. Namun tiba tiba kuteringat ucapan teman temanku. Aku hanya bisa terdiam membisu, keringat mulai hilang dan tubuhku lemas memikirkannya.
"Saat itu kau sangatlah muda, karena itulah kau tak ingat apapun. Baiklah untuk mempersingkat ini, akan aku ceritakan semuanya padamu." Pedang api yang dia pegang tiba tiba menghilang. Meskipun dia memakai jubah yang keren namun tetap saja dia seperti orang jahat dimataku.
"Kalau begitu ceritakan!" teriakku dengan penuh amarah.
"Aku dan Ibumu adalah seorang ahli kimia. Kami bekerja disebuah Laboratorium yang terletak di bawah tanah di kota Glessier, kota kelahiranmu dan teman temanmu. "Mengapa teman temanku ikut kau ceritakan?!" ucapku memotong pembicaraan.
"Tenang biar ku jelaskan semua, Aku Ibumu dan orang tua teman temanmu ada rekan satu di laboratorium itu. Kami sudah seperti saudara. Kami selalu menciptakan obat obatan untuk rumah sakit dan klinik klinik yang ada di kota itu. Suatu hari aku menemukan suatu zat yang didalamnya terdapat elemen elemen seperti tanah listrik air dan lain lain. Aku sangat tertarik pada zat ini, saking tertariknya aku ingin melakukan percobaan kepada tikus. Awal penyuntikkan, tikus itu seperti tersengat listrik terbakar, tapi hanya dalam hitungan detik dia langsung terdiam dan menatap kearahku. Tikus itu berjalan dengan kedua kakinya layaknya manusia dan menghancurkan kandangnya hanya dengan sentuhan. Aku sangatlah takut, tapi saat dia keluar dari kandangnya, dia tiba tiba mati seketika. Disaat itulah aku sangat terobsesi untuk melakukan percobaan kepada manusia, kebetulan ibumu baru melahirkan dan anak anak teman temanku masih sangatlah muda. Rencanaku itu diketahui oleh presiden kota Glessier. Dia menginginkan zat tersebut namun aku menolaknya. Malam dihari itu aku menyuntikkan zat itu kedalam tubuhmu dan teman temanmu itu disaat tidak ada yang tau. Saat itu tidak ada reaksi apapun karena kalian sedang tidur. Keesokan harinya para prajurit bersenjata mengepung rumahku dan teman temanku. Mereka mengambil kalian dari kami dan mereka membunuh semuanya kecuali aku. Mereka membawaku kesebuah laboratorium yang besar dan mereka meletakan kalian di sebuah tempat di laboratorium. Mereka berniat untuk menyerap energi dalam tubuh kalian. Namun kekuatan kalian malah membuat Laboratorium itu meledak. Semua mati kecuali aku, tubuhku penuh dengan luka bakar dan kepalaku berlumuran darah. Daat aku akan mati, kakek dan nenek baik hati datang dan menyelamatkan kalian dan membawa kalian pergi, lalu aku mati ditempat."
"Kau memang tidak punya perasaan, obsesimu itu membuatku dan ke empat temanku yatim piatu. Kau tak sadar apa yang telah kau lakukan itu telah melebihi batas. Kau penjahat dan aku akan membunuhmu lagi ditempat ini, meskipun kau ayahku namun seseorang harus menghentikanmu sekarang juga."
Ayahku lalu mengeluarkan pedang apinya lagi, entah bagaimana cara dia melakukan itu, tapi satu yang pasti aku harus membunuhnya sekarang juga. Aku lari kearahnya dengan penuh amarah "Bersiaplah untuk mati!". Ku ayunkan pedangku ke arah lehernya. Namun dengan sangat cepat di menangkis seranganku dengan pedangnya. Lalu ku ayunkan lagi pedangku ke arahnya terus menerus, tapi dengan mudah dia tangkis semua seranganku itu sambil tersenyum kearahku
"Hanya segini kemampuanmu nak?" ucapnya sambil tersenyum. Amarahku sudah menguasai tubuhku seluruhnya. Aku menyerangnya terus menerus, tapi tak ada yang berhasil melukainya. Aku serang, aku ayunkan pedangku dengan cepat namun dia tangkis seranganku dan dia meninju perutku hingga aku terpental jauh. Rasanya sakit sekali sangat sakit hingga darah keluar dari mulutku ini. Aku coba untuk berdiri meskipun sakit, tapi aku harus membunuhnya.
Aku berdiri dengan muka marah "Aku akan membunuhmu apapun yang terjadi meskipun itu akan membuatku terbunuh." ucapku. Dia tancapkan pedang apinya itu ke lantai dan dia tertawa.
"Kau bukanlah bocah biasa, bunuhlah aku jika kau bisa!" teriaknya. Dengan seketika api yang berada di pedangnya menyebar keseluruh ruangan hingga ruangan tersebut terbakar. Aku berlari kearahnya dengan penuh amarah dan aku melompat untuk menyerangnya dari atas. Dia tiba tiba menghilang dari hadapanku dan meninjuku dari belakang. Aku terpental dan tanganku terkena api, tapi entah mengapa aku tidak merasa tanganku terbakar. Disaat itulah aku mulai mempercayai ucapan ayahku itu.
Aku berdiri dan membalikan tubuhku ke arahnya. "Mungkin semua seranganku tadi tidak mempan terhadapmu, tapi apakah kau bisa mengalahkan percobaanmu sendiri....?!"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar